'Perempuan Indonesia Geruduk Istana' mereka mengekspresikan keprihatinan terhadap kemerosotan demokrasi dan ekonomi yang tengah melanda Indonesia. (Foto: Istimewa) |
Jakarta - Hari Perempuan Internasional menjadi momentum bagi kaum perempuan Indonesia yang tergerak untuk menggelar aksi unjuk rasa, Jumat (8/3/2024).
Dengan menamakan diri 'Perempuan Indonesia Geruduk Istana' mereka mengekspresikan keprihatinan terhadap kemerosotan demokrasi dan ekonomi yang tengah melanda Indonesia.
Kantor Bawaslu RI di Jalan M.H Thamrin, Menteng, Jakarta Pusat menjadi titik awal berkumpulnya mahasiswi hingga kaum ibu yang turut serta dalam long march menuju lapangan silang Monas, berseberangan dengan Istana Kepresidenan Jakarta.
Dengan penampilan kasual, mengenakan kaos hitam, celana jeans, dan sepatu kets, serta beberapa memilih memakai topi dan kacamata hitam sebagai pelindung dari terik matahari, mereka membawa poster-poster bertuliskan tuntutan.
Salah satu poster menyuarakan keinginan akan Indonesia yang bebas dari oligarki, sementara yang lain menyoroti kenaikan harga beras yang mengganggu kehidupan sehari-hari.
"Adili Jokowi Perusak Demokrasi," tuntut massa dalam tulisan di poster.
"Aku mau Indonesia tanpa oligarki," tulis salah satu poster.
"Mau lebaran tapi beras mahal," demikian tulis poster lain.
Tuntutan-tuntutan tersebut mereka teriakkan dengan semangat, menarik perhatian pengendara kendaraan yang melintas.
Dalam long march yang berlangsung kondusif, massa menyampaikan yel-yel yang meminta Presiden Joko Widodo untuk bertanggung jawab atas kemerosotan demokrasi dan perekonomian di Indonesia.
Meskipun demikian, mereka tetap menjaga ketertiban dengan berjalan di sisi kiri jalan dan hanya mencaplok satu ruas, sementara polisi turut berjaga untuk mengatur lalu lintas.
Aksi unjuk rasa ini tidak lepas dari peringatan Hari Perempuan Internasional, tanggal 8 Maret, yang menjadi simbol perjuangan perempuan di seluruh dunia untuk kesetaraan, pemenuhan hak-hak, dan pengakuan atas Hak Asasi Manusia.
Dalam hal ini, Perempuan Indonesia Geruduk Istana menyoroti sejumlah isu, termasuk kekuasaan oligarki yang terus berlangsung, kekerasan terhadap para pejuang keadilan, impunitas terhadap pelanggaran HAM, serta dinilainya DPR yang gagal menjalankan fungsi check and balances dan dugaan pengkondisian politik yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo.
Massa terus melakukan long march menuju tempat Presiden Joko Widodo beraktivitas sehari-hari, menunjukkan keseriusan mereka dalam menyuarakan aspirasi dan tuntutan mereka. (*)